TARIAN IRONIS

Duhai pencipta bumantara dan seisinya, bolehkah aku mengelu untuk sekali ini saja? Diri ini agaknya mulai jengah perihal realita. Kekecewaan, keputusasaan, pula hal-hal yang tak semestinya mulai berdatangan silih berganti dengan tak keruan. Akankah realita memang semenyakitkan ini? Jikalau boleh jujur, nyatanya aku tak mampu bertahan dari semua ini. Bayang-bayang ketidakmampuan silih berganti menghantuiku, pula ingatan kegagalan yang mampu membuatku hendak menyerah di tengah jalan. Duhai sang pencipta alam raya, harus bagaimanakah diri ini? Ingin ku berteriak sekencang-kencangnya agar seisi alam raya tau bahwa diri ini sedang menderita. Ingin ku menangis sejadi-jadinya agar bumi pertiwi tau bahwa diri ini sedang tak baik-baik saja. Namun, aku kembali tersadar, siapakah diri ini? Mengapa dengan congkaknya percaya jikalau seisi alam raya akan ironi mendengar nyanyian piluku.