Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2025

TARIAN IRONIS

Gambar
Duhai pencipta bumantara dan seisinya, bolehkah aku mengelu untuk sekali ini saja? Diri ini agaknya mulai jengah perihal realita. Kekecewaan, keputusasaan, pula hal-hal yang tak semestinya mulai berdatangan silih berganti dengan tak keruan. Akankah realita memang semenyakitkan ini? Jikalau boleh jujur, nyatanya aku tak mampu bertahan dari semua ini. Bayang-bayang ketidakmampuan silih berganti menghantuiku, pula ingatan kegagalan yang mampu membuatku hendak menyerah di tengah jalan. Duhai sang pencipta alam raya, harus bagaimanakah diri ini? Ingin ku berteriak sekencang-kencangnya agar seisi alam raya tau bahwa diri ini sedang menderita. Ingin ku menangis sejadi-jadinya agar bumi pertiwi tau bahwa diri ini sedang tak baik-baik saja. Namun, aku kembali tersadar, siapakah diri ini? Mengapa dengan congkaknya percaya jikalau seisi alam raya akan ironi mendengar nyanyian piluku.

KOMPLEKS

 Manusia itu rumit, ibarat suatu kalimat tunggal namun bermakna ganda. Suatu kesederhanaan dengan upaya komplek nan pelik. Bahkan, mereka juga rumit dan sukar untuk dimengerti. Mau menang sendiri namun tetap ingin ada di garda terdepan dalam upaya mencari muka.    Bukankah kita telah diberi rupa oleh Tuhan? Lantas mengapa mereka masih saja mencari prasangka baik dan perspektif menawan oleh sesamanya? Bukankah itu serakah? Atau memang itu sudah sewajarnya terjadi?   kita memang hidup di masa dimana semua insan hanya mementingkan diri dan mengesampingkan jerit tangis lainnya. Ironis memang. Namun apa boleh buat, semua terlanjur terjadi dan seolah memang benar pula lumrah adanya.